Menggemparkan, seekor
buaya raksasa telah memakan manusia, di daerah Manubar, Kecamatan
Sandaran, Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur akhirnya tertangkap.
Buaya yang diyakini terbesar ini telah memakan salah seorang nelayan di
desa tersebut, yaitu Sahar, umur 40 tahun. Saat kejadian, Sahar bersama
Hamzah sedang mengobrol di rumah korban.
Sahar disambar buaya
tersebut ketika memperbaiki perahu di muara Sungai Manubar sekitar
pukul 08.00. Sahar mengobrol dengan Hamzah di rumah korban yang dekat
dengan Sungai Manubar. ”Sebelum kejadian kami sempat minum kopi
bersama,” kata Hamzah.
Saat kejadian, Sahar sedang menimba air di kapal kelotoknya yang banyak terisi air. Buaya itu melompat dan menyambar korban yang berada di perahu. ”Kejadiannya tiba-tiba saja,” tutur Hamzah.
Saat kejadian, Sahar sedang menimba air di kapal kelotoknya yang banyak terisi air. Buaya itu melompat dan menyambar korban yang berada di perahu. ”Kejadiannya tiba-tiba saja,” tutur Hamzah.

Melihat
korban sedang berjuang melawan buaya raksasa panjangnya mencapai enam
meter dengan berat sekitar satu ton. Lebar tubuhnya sekitar 1,5 meter.
Moncong hampir satu meter. Jarak kedua matanya sekitar 25 sentimeter.
Hamzah segera meminta bantuan ke tetannga dan anggota TNI Angkatan Laut
yang dekat kediaman mereka.

Warga
bersama personel TNI-AL, polisi, dan pawang buaya menyisiran sungai.
Pawang juga melakukan beberapa ritual supaya buaya mau muncul.
Kapolsek
Sangkulirang AKP Andi Razak menuturkan, buaya yang sudah diawetkan itu
akan disimpan Museum Mulawarman di Tenggarong, Kutai Kartanegara. ”Ini
kami lakukan agar masyarakat tepi sungai lebih mewaspadai buaya. Jadi,
ketika masyarakat melihat (buaya yang diawetkan itu), mereka akan
waspada karena ada buktinya,” ujar Andi. Setelah tertangkap, warga
membedah perut buaya, selain ditemukan korban, Sahar, juga ada beberapa
tulang kerbau dan tali plastik. Diyakini, sebelum memakan korban
manusia, buaya raksasa tersebut sebelumnya makan kerbau, milik salah
satu warga Manubar, karena tiga hari sebelumnya, salah satu penduduk
kehilangan kerbau.
Perlu upaya
keras untuk membawa buaya raksasa tersebut ke Mapolsek Sangkulirang.
Perahu kelotok tak mampu mengangkut buaya itu. ”Kapalnya nyaris
tenggelam,” terang Andi.
Akhirnya buaya dipindahkan ke perahu yang lebih besar dengan derek. Masalah tidak selesai karena perahu itu tidak mampu bergerak karena beratnya muatan.
Akhirnya buaya dipindahkan ke perahu yang lebih besar dengan derek. Masalah tidak selesai karena perahu itu tidak mampu bergerak karena beratnya muatan.
Karena itu,
perahu bermuatan buaya itu diseret dengan dua perahu kelotok yang
lain. ”Itu pun laju perahu tidak bisa kencang. Perjalanan yang dalam
kondisi biasa cukup dua jam, dengan mengangkut buaya itu perlu waktu
sepuluh jam,” katanya.
Selain itu,
untuk membawa binatang itu ke darat memerlukan usaha keras. Perlu 120
orang untuk menarik reptil tersebut hingga halaman mapolsek. Saat
berada di halaman mapolsek, buaya itu menjadi objek untuk berfoto
bersama warga sekitarnya.
Pengawetan
buaya raksasa itu dipimpin Kepala Puskesmas Sangkulirang dr Markus
Sambo. Markus menyiapkan 20 liter formalin untuk disuntikan ke beberapa
bagian badan buaya.
Dia harus membeli formalin ke ibu kota Kutai Timur di Sangatta. ”Di Sangkulirang tidak ada yang jual,” kata Markus.
Dia harus membeli formalin ke ibu kota Kutai Timur di Sangatta. ”Di Sangkulirang tidak ada yang jual,” kata Markus.
Menurut
Markus, jenis kelamin buaya belum dapat diketahui pasti. Dia belum
meneliti lebih lanjut hingga kemarin petang. Demikian pula, usia buaya
muara tersebut.
Dugaan
masyarakat, buaya itu berjenis kelamin jantan. Dugaan itu didasarkan
pada ukuran badan, kuku, rahang, dan lubang di dekat anus. Usianya
diperkirakan 12-15 tahun.
Markus dibantu 19 orang untuk mengawetkan buaya tersebut. Untuk membersihkan isi perut buaya, warga menggunakan lima batang galah.
Markus dibantu 19 orang untuk mengawetkan buaya tersebut. Untuk membersihkan isi perut buaya, warga menggunakan lima batang galah.
Isi perut
yang sudah kosong diisi busa agar tetap mengelembung seperti saat
hidup. Sebelum dimasukkan ke perut buaya, busa itu dibasahi dengan
sepuluh liter formalin.
Untuk menutup kembali perut buaya yang dibelah, Markus menjahit dengan benang nilon yang biasa digunakan untuk memamcing. Ukuran benang itu adalah yang terbesar.
Untuk menutup kembali perut buaya yang dibelah, Markus menjahit dengan benang nilon yang biasa digunakan untuk memamcing. Ukuran benang itu adalah yang terbesar.
Selanjutnya,
buaya yang sudah diawetkan dinaikkan ke meja etalase di tempat parkir
Mapolsek Sangkulirang. ”Sambil menunggu etalase kaca yang sudah
dipesan,” jelasnya.