Pasien ini tampak lunglai
menatap sorotan kamera. Ia tetap dalam keadaan sadar sementara para
dokter tengah mengoperasi jantungnya.
Ini adalah gambar pasien bernama Swaroup Anand saat menjalani operasi jantung. Gambar ini menunjukkan betapa praktik bedah jantung terbuka telah lumrah dilakukan dalam satu dekade terakhir.
Anand (23) menjalani pembedahan di Wockhardt Hospital Bangalore, India. Saat pisau bedah membelah dadanya, ia tetap dalam keadaan cukup sadar. Para dokter hanya membius tubuhnya dengan teknik epidural (lokal) dari leher ke bawah dan tidak membuatnya tertidur.
Ini adalah gambar pasien bernama Swaroup Anand saat menjalani operasi jantung. Gambar ini menunjukkan betapa praktik bedah jantung terbuka telah lumrah dilakukan dalam satu dekade terakhir.
Anand (23) menjalani pembedahan di Wockhardt Hospital Bangalore, India. Saat pisau bedah membelah dadanya, ia tetap dalam keadaan cukup sadar. Para dokter hanya membius tubuhnya dengan teknik epidural (lokal) dari leher ke bawah dan tidak membuatnya tertidur.
Dokter yang memimpin operasi, Dr Vivek
Jawali, mengatakan pihaknya sudah melakukan lebih dari 600 kali operasi
seperti ini sejak 1999 silam.
"Ada keuntungan besar untuk membuat operasi jantung menjadi tidak begitu invasif. Ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dibuat sayatan kecil lalu dibantu dengan teknologi modern dan robotik. Kedua, kami mencoba untuk mengganggu sekecil mungkin fungsi alami dari tubuh," ujarnya.
Pasien biasanya hanya diberi sedatif (obat penenang) ringan ketimbang dibuat tak sadarkan diri. Metdoe ini hanya akan menurunkan rata-rata detak jantung tetapi artinya pasien masih dapat merespon perintah dokter.
'Pasiennya mengantuk, oleh sebab itu mereka bisa bangun tapi juga bisa tertidur. Jika kami meminta pasien batuk atau bernafas lebih dalam untuk membersihkan udara dari jantung, mereka dapat meresponnya. Ini membuat prosedur menjadi lebih mudah dilakukan," kata Dr Jawali.
"Ada keuntungan besar untuk membuat operasi jantung menjadi tidak begitu invasif. Ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dibuat sayatan kecil lalu dibantu dengan teknologi modern dan robotik. Kedua, kami mencoba untuk mengganggu sekecil mungkin fungsi alami dari tubuh," ujarnya.
Pasien biasanya hanya diberi sedatif (obat penenang) ringan ketimbang dibuat tak sadarkan diri. Metdoe ini hanya akan menurunkan rata-rata detak jantung tetapi artinya pasien masih dapat merespon perintah dokter.
'Pasiennya mengantuk, oleh sebab itu mereka bisa bangun tapi juga bisa tertidur. Jika kami meminta pasien batuk atau bernafas lebih dalam untuk membersihkan udara dari jantung, mereka dapat meresponnya. Ini membuat prosedur menjadi lebih mudah dilakukan," kata Dr Jawali.
Saat pasien dalam kondisi terbangun, pada
dokter juga memiliki gambaran yang lebih baik mengenai bagaimana tubuh
bereaksi terhadap pembedahan melalui sistem pernafasan hingga fungsi
otak.
Dr Jawali menambahkan, para pasien biasanya mengaku tidak merasa takut selama menjalani pembedahan. "Kami memberi mereka headphone sehingga dapat mendengarkan musik favoritnya," ujarnya.
Setelah prosedur operasi, kata Jawali, pasien biasanya mengalami amnesia selektif. "Mereka dapat mengingat sebagian dari proses jalannya operasi tetapi tidak lengkap," tambahnya.
Dr Jawali menambahkan, para pasien biasanya mengaku tidak merasa takut selama menjalani pembedahan. "Kami memberi mereka headphone sehingga dapat mendengarkan musik favoritnya," ujarnya.
Setelah prosedur operasi, kata Jawali, pasien biasanya mengalami amnesia selektif. "Mereka dapat mengingat sebagian dari proses jalannya operasi tetapi tidak lengkap," tambahnya.
Ia mengatakan, prosedur bedah bypass
koroner dalam kondisi pasien sadar juga mengurangi perlendiran pada
pasien dengan kondisi paru-paru buruk. Selain itu, dapat pembuluh darah
tetap lebar dan dan membuat organ menjadi lebih terjaga.
Dr Jawali sendiri telah merilis sebuah DVD
yang menjelaskan prosedur langkah demi langkah teknik operasi ini untuk
para ahli bedah lainnya.